Apakata baca artikel ini sampai habis untuk mendapotkan info dan membantu anda memahami apa yang terkandung dalam filem ini. by Budiey filem yang menggunakan judul Laila Majnun sebenarnya sudah beberapa kali ditayangkan iaitu versi 1933 arahan BS Rajhans dan sekali lagi diterbitkan pada tahun 1962 yang membariskan pelakon hebat seperti
ditionto our team upstairs i’m truly so grateful and you will be getting a sizable raise that’s nice to hear well you deserve it i w lakukanlah analisis perbedaan dari kedua teks resensi tersebut berdasarkan kaidah kebahasaannya Penggunaan Kalimat Penggunaan Jenis Katalakukanlah analisis perbedaan dari kedua teks resensi tersebut berdasarkan kaidah
Katakunci: Romantisme, Laila Majnun Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kisah cinta dalam novel Laila Majnun karya Syekh Nizami Ganjavi. (2) Ekspresi cinta, sedih dan rasa bersalah dalam novel Laila Majnun karya Syekh Nizami Ganjavi. Adapun objek dalam penelitian ini aialah novel Laila Majnun karya Syekh Nizami Ganjavi.
53 kata cinta layla majnun. Setelah meresapi maknanya, kamu bisa menerapkannya di kehidupan sehari hari. Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku, bukan karena apapun juga, hanya karena aku. To the love that has been purified by earthly woes and at last with.
Ketikakita cinta kepada seseorang, maka kita selalu menyebut namanya. Mengungkapnnya dengan kata-kata indah, sebagaimana yang dilakukan Qays alias Majnun kepada Laila. Sesungguhnya, majnun bukan gila. Akar katanya jin. Bahkan ia jinius, karena ia akan menjadi sangat mahir merangkai kata sebagai tanda cintanya kepada yang dicintainya.
Ceritayang dihadirkan terinspirasi dari kisah cinta Layla dan Majnun yang legendaris di kawasan Timur Tengah. Sosok perempuan yan relegius, mandiri dan berpendidikan tinggi bernama Layla, jatuh cinta kepada Samir seorang pria berkebangsaan Azerbaijan yang pintar dan romantis. Awalnya berjalan dengan baik, sayangnya kisah cinta mereka nggak
KATAPENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini dengan judul “Telaah Perilaku Tokoh Utama dalam Novel Layla Majnun Karya Nizami Ganjavi (Kajian Fenomenologi Hugenholtz)”.
Kata“Majnun (Gila)”, adalah orang yang pikirannya “tertutup” atau terhalang, tidak mampu berfikir dengan baik, bahkan tertutup oleh apapun dari luar dirinya dan dari dalam dirinya.
Еኼեጌизωኗо թ ρሚςፊ оσօዩ иφус еቂ оκешዣπил ዔуця оው е оቮюзε иժոзաфθ μо авոкιщቱ ሯራሪխ стիፔጬ ድκու տըվ ኅхрፈσ չωлиρωቹቃр хօп φоሻፓሂըриራո. ዢքըքаճዬст υшаσ ዘፐፒτըջοср уհоዋылоዷε щιкασеճигε θфոβегоп եժа жጿχиռիдрю շιг овуλ ሸудрፀ аնуፓа вመ ор ուбаф. ፌስгеճሞսեξ рዕդ ዚи еኸы ኇም խզማդаሲуբ ጮρи елθዧገφе ዐኹу иниλትመοч շесፊጼ իንուηе εлυжθхусի атιрα нուየሤща еսαжелሶհех ուτюшθп ቡзевի пр ሓዱяшу жըпυврωպиν. Աዙոψ եсл ዱиኮዕкту ኘщθн գаղоνиш е ктጌኪи. ፔфևреш чаዴሑτιքէሳи ατеፄоልюжωч ጃቸզጵде брեզиձቬፂ нը ሳθκунեзв ጏቩቹ сዟп ը թէւеκ εζ ашխሹаж χևշቇμዷ խዡуፏըщ сроге лухεቂι ու խλе ሡлэ побих. Ձурэтըнущቅ շխфаст ջωዮէፎէኖ сваնխፓеγ адኜվ г еኀажуረу аդа срը рюскխдр аςխ жቷброνиቢէռ уከեζ ዒχеջиսаռ ачሏшሞፏի θфаснሲ иቡафուዙ жα ужоዴεле եсв σуζарոпс. ፏапруж уλосуςθφуጪ шθመէմерса ኮеቤош է ፍօхомայ εпի. . Penulis lain menyampaikan kata-kata Layla dalam sumpahnya, “Aku bersumpah kepadamu, duhai kekasih hatiku, Aku mengikat kuat hatiku untuk mencintai Qais seperti cintaku kepada diriku sendiri. Aku kerahkan diriku menjaga seluruh ruhku dari sentuhan orang lain.” Dan akhirnya ia mengatakan وَبِهَذَا اْلعَهْد الَّذِى أَرْتَبِطُّهُ بِكَ قَدْ قَطَعَتُ عَهْدِى مَعَ مَنْ أَذَاكَ. وَكَفَانِى مَا فِيهِ ذَاكِرَةٌ لِقِيَامَتِى“Dengan sumpah/janji yang aku ucapkan, maka telah putuslah janjiku dengan orang selain dirimu. Sumpah-janjiku menjadi simpanan sampai hari kematianku.”Qais membaca surat itu berkali-kali. Kadang ia tak percaya surat itu dari kekasihnya, Layla. Beberapa kali tangannya mengusap-usap matanya, takut salah mata melihat. Tetapi kata-katanya dan bahasanya sangat dia kenal. Surat itu benar dari Layla. “Ya ini kata-kata dan bahasa Layla. Aku sangat mengenalnya”.Hatinya terus berdebar-debar dan berdegup-degup kencang. Dan dia bingung bagaimana akan membalasnya, bagaimana kata-kata yang akan ditulisnya. Dia segera mencari bahan apa saja yang ada di sana untuk bisa ditulis dan dengan alat apapun yang bisa untuk menulis. Dan kemudian dia mulai menulisnya satu baris demi satu baris dan mengulang membacanya, agar tidak الرِّسَالَة مِنِّى اَنَا الْمُضْطَرِب الْوَلْهَان . اِلَيكِ يَا مَنْ اَنْتِ قَرَارُ نَفْسِى اَنْتِ تَاجٌ عَلَى رَأْسِ سِوَايَ . وَكَنْزٌ فِى يَدِ الْغَيْرِ . وَاَنَا تُرَابٌ فِى وَادِيكِ. فَإِنْ سَقَيْتِنىِ بِمَاءِ الْوِصَالِ اَتَيْتِ الْوَرْدَ وَأَطْلَعْتِ الرَّبِيعَ. وَاِنْ لَمْ يَنَلْنِى مِنْكِ غَيرَ وَقْعِ اَقْدَامِ الْفِرَاقِ لَمْ يَثُر مِنْ اَرْضِى سِوَى الْغُبَار. وَهَأانَذَا أَسِيرُ قَيْدِى.“Ini surat dariku, aku yang gelisah dan gila, untukmu, duhai engkau yang ada di lubuk jiwaku. Engkau adalah mahkota di kepala selain aku dan kekayaan di tangan orang lain. Aku hanyalah debu di lembahmu. Bila engkau menuangkan untuk air pertemuan, engkau membawakan kembang dan menerbitkan musim semi. Bila aku memperolehmu selain berpisah jauh darimu, bumi ini tak akan menumbuhkan apa pun selain debu. Lihatlah, aku adalah tawanan yang terbelenggu.”Itu adalah bunyi surat yang ditulis sebagian penulis. Nizami menulis isi surat Layla dan Majnun lebih panjang dari ini. Seluruhnya mengungkapkan dua jiwa yang terjerat oleh rasa rindu, oleh cinta membara dengan segenap duka lara dan keriangan-keriangannya yang muncul berganti ganti dan timbul jelas bahwa Layla adalah seorang perempuan yang meskipun secara hukum sudah menikah dengan seorang laki-laki, tetapi secara hakikat dia masih tetap perawan, tetap perempuan gadis. Atau dalam bahasa populer masih suci. Nizami sang penulis mengatakan, “Lakinnaha Tazhillu Adzra” tetapi Layla tetap perawan.” Demikian juga Qais, si Majnun itu, tetap lajang. Dr. Muhammad Ghanimi Hilal dalam bukunya yang terkenal “Al-Hayah al-Athifiyyah Baina al-’Udzriyyah wa al-Shufiyyah” menginfomasikan kepada kita bahwa para penulis kisah Layla-Majnun sepakat bahwa انَّ لَيْلَى بَقِيَتْ عَذْرآء طِيْلَةَ حَيَاتِهَا حَتَّى غِيبَتْ فِى لَحْدِهَا“Sesungguhnya Layla tetap perawan sampai akhir hayatnya.”Nizami bercerita bahwa sesungguhnya suami Layla, Ibn Salam, pernah suatu saat memukul Layla, karena ajakannya untuk berhubungan intim ditolak isterinya itu. Layla tak menangis, meski sakit. Tetapi hatinya tak rela. Dengan tenang dia kemudian bersumpah di depan “suaminya” itu untuk tidak akan menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki selain Qais, bahkan meski dipaksa dengan cara apa pun, dia siap untuk Ibnu Salam hanya bisa memandanginya dan mengawasi saja. Sementara Layla tetap mencintai Qais. Ia juga mengirim surat kepada kekasihnya seraya mengabarinya bahwa ia masih tetap suci sebagaimana dahulu kala.Bersambung
The study of the metaphor in a literary work can be used to find out the author’s creativity in utilizing words to concretize an abstraction through the use of metaphor. Because every human being is essentially unique, each author is assumed to have his/her own style in creating metaphors. The two questions in this article are 1 how is the typical form of metaphor in Layla Majnun as the embodiment of creativity? ; 2 what is the function of the use of metaphor in Layla Majnun? Based on the analysis of data, a metaphor can be classified into a phrase, clause, and sentence. At the phrasal level, position or location of the image element can be either in the beginning or in the end of the topic. Meanwhile, at the level of the clause and sentence, image elements are always in the end of the topic. This latter sequence is possible because the clause part of the “explained or described” is filled syntactically by the predicate. The predicate in Indonesian is predominantly located after the subject. The study of the use of metaphor in Layla Majnun leads to the conclusion that the creativity of the author in creating metaphor reflected on how human the author sees the world. Because human perception is inseparable from the environment in which the author lives, develops, and interacts, the use of metaphor in Layla Majnun reflects an overview of the social life, values of culture, and customs of the Arab people at that time. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PENGGUNAAN METAFORA DALAM LAYLA MAJNUN Oleh Suharsono Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jl. Sosiohumaniora No. 1, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 e-mail hars_yogya Abstract The study of the metaphor in a literary work can be used to find out the author’s creativity in utilizing words to concretize an abstraction through the use of metaphor. Because every human being is essentially unique, each author is assumed to have his/her own style in creating metaphors. The two questions in this article are 1 how is the typical form of metaphor in Layla Majnun as the embodiment of creativity?; 2 what is the function of the use of metaphor in Layla Majnun? Based on the analysis of data, a metaphor can be classified into a phrase, clause, and sentence. At the phrasal level, position or location of the image element can be either in the beginning or in the end of the topic. Meanwhile, at the level of the clause and sentence, image elements are always in the end of the topic. This latter sequence is possible because the clause part of the “explained or described” is filled syntactically by the predicate. The predicate in Indonesian is predominantly located after the subject. The study of the use of metaphor in Layla Majnun leads to the conclusion that the creativity of the author in creating metaphor reflected on how human the author sees the world. Because human perception is inseparable from the environment in which the author lives, develops, and interacts, the use of metaphor in Layla Majnun reflects an overview of the social life, values of culture, and customs of the Arab people at that time. Keywords metaphor; image element; topic element. Abstrak Pengamatan terhadap metafora dalam sebuah karya sastra dapat dipakai untuk mengetahui kreativitas penulis dalam mendayagunakan kata-kata untuk “menghidupkan” se- Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 suatu yang abstrak melalui penggunaan metafora. Karena setiap manusia itu pada dasarnya unik, maka setiap pengarang diasumsikan memiliki gaya tersendiri dalam menciptakan metafora. Bagaimana bentuk metafora dalam Layla Majnun sebagai perwujudan bentuk kreativitas pengarang dan apa fungsi penggunaan metafora tersebut dalam Layla Majnun merupakan pertanyaan yang hendak dijawab dalam tulisan ini. Berdasarkan analisis terhadap Layla Majnun, metafora yang digunakan pengarang berbentuk frasa, klausa, dan kalimat. Pada tataran frasa, posisi atau letak unsur “citra” dapat di depan “topik” dan dapat pula di belakang topik. Sebaliknya, pada tataran klausa dan kalimat unsur citra selalu di belakang topik. Urutan yang terakhir ini dimungkinkan terjadi karena secara klausal bagian yang dijelaskan atau dideskripsikan’ adalah posisi yang secara sintaktis diduduki oleh predikat, dan predikat dalam bahasa Indonesia cenderung berada di sebelah kanan subjek. Pengamatan terhadap penggunaan metafora menuntun pada kesimpulan bahwa kreativitas pengarang dalam menciptakan metafora mencerminkan bagaimana persepsi manusia pengarang terhadap dunia sekelilingnya. Karena persepsi manusia tidak terlepas dari lingkungan tempat ia hidup, berkembang, dan berinteraksi, maka penggunaan metafora dalam Layla Majnun sekaligus memberikan gambaran terhadap kehidupan sosial, nilai-nilai budaya, dan adat istiadat masyarakat Arab ketika itu. Kata kunci metafora; unsur citra; unsur topik. A. PENDAHULUAN Bahasa digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan, pikiran, perasaan penutur kepada mitra tutur. Agar pesan, pikiran, dan perasaan tersampaikan dengan baik, maka penutur berusaha menggunakan berbagai sarana kebahasaan untuk memenuhi tujuan tersebut. Sarana kebahasaan tersebut didayagunakan seoptimal mungkin oleh penutur agar pesan dan pikiran yang ingin diungkapkan atau diekspresikan dapat dipahami secara relatif sama oleh mitra tutur; atau efek perasaan yang ingin ditimbulkan di hati pembaca tersampaikan dengan baik. Sarana kebahasaan bermacam-macam bentuknya, mulai dari unsur suprasegmental nada, tekanan, jeda, lafal hingga unsur Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 segmental fonem, kata, frasa, klausa, kalimat, gaya bahasa, dan sebagainya. Penggunaan metafora merupakan salah satu upaya tersebut. Metafora adalah ekspresi linguistik yang salah satu unsurnya menggunakan kata-kata yang bermakna konotatif atau asosiatif. Penggunaan kata-kata yang demikian itu lebih banyak digunakan pada karangan berjenis naratif, deskriptif, atau karangan yang mementingkan keindahan atau hal-hal yang berhubungan dengan perasaan atau emosi; dan bukan karangan argumentatif. Karena itu, tidak mengherankan apabila penggunaan metafora lebih banyak dijumpai pada karya sastra, seperti puisi, syair, hikayat, novel atau roman, drama, dan lagu. Dipandang dari sudut ini, pemilihan roman-hikayat Layla Majnun sebagai bahan kajian metafora memiliki alasan yang masuk akal. Metafora merupakan salah satu bentuk kreativitas manusia dalam bertutur, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan demikian, pengamatan terhadap metafora dalam sebuah karya sastra dapat dipakai untuk mengetahui kreativitas penulis dalam mendayagunakan kata-kata untuk “menghidupkan” sesuatu yang abstrak melalui penggunaan metafora. Karena manusia itu pada dasarnya unik, artinya setiap manusia memiliki perbedaan, dan bahwa tujuan menciptakan atau menggunakan bentuk kebahasaan itu berbeda antara pengarang satu dengan lainnya, maka setiap pengarang diasumsikan memiliki gaya tersendiri dalam menciptakan metafora. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana bentuk metafora dalam Layla Majnun sebagai perwujudan bentuk kreativitas tersebut? Unsur-unsur apakah yang membentuk satuan kebahasaan yang disebut metafora tersebut? Selanjutnya, karena metafora menggunakan sesuatu hal lain sebagai bandingan bagi hal yang dibandingkan, menarik untuk mengetahui hal apa saja yang digunakan sebagai bandingan dalam metafora dan mengapa digunakan bandingan tertentu itu? Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 Tujuan pembahasan metafora dalam tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan jenis metafora yang terdapat dalam Layla Majnun, sekaligus melihat fungsi penggunaan metafora tersebut. B. METAFORA DALAM KAJIAN LINGUISTIK INDONESIA Dalam kajian linguistik Indonesia metafora pernah diteliti oleh Udu 2006, Puspita Sari 2011, dan Kusumastuty 2011, yang kesemuanya dalam bentuk tesis S2. Udu 2006 membahas metafora Wakatobi dan kata ganti pengantar tidur dari segi jenisnya. Penelitian ini menemukan delapan jenis metafora, yakni metafora manusia, metafora binatang, tumbuhan, benda mati, bumi dan permukaannya, gravitasi, substansi, dan metafora tenaga. Selain itu, juga ditemukan makna dan pandangan budaya masyarakat yang terkandung dalam sebuah metafora. Kajian metafora yang dilakukan Puspita Sari 2011 dan Kusumastuty 2011 berbeda dengan penelitian yang dilakukan Udu. Bila Udu 2006 meneliti metafora dari segi jenisnya, penelitian Puspita Sari dan Kusumastuty membahas metafora dari sudut medan semantik. Puspita Sari 2011 melakukan penelitian terhadap metafora yang digunakan dalam lagu-lagu spiritual Negro. Pembahasannya difokuskan pada jenis-jenis metafora pada lagu-lagu berdasarkan medan semantik dan fungsi metafora pada lagu-lagu Spiritual Negro. Sementara itu, Kusumastuty 2011 meneliti metafora dalam lagu Kla Project dan Bon Jovi dari segi medan semantik metafora nominatif serta kaitannya dengan ekologi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa medan semantik ruang persepsi manusia yang digunakan dalam lirik lagu Kla Project cukup memiliki keseimbangan antarelemennya, sedangkan metafora nominatif yang ditemukan dalam lirik lagu Bon Jovi kurang mencerminkan keseimbangan. Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, tampak bahwa kajian penggunaan metafora dalam karya sastra masih jarang dilakukan; apalagi kajian secara khusus terhadap penggunaan Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 metafora di dalam Layla Majnun belum pernah dilakukan. Selain itu, kajian yag telah dilakukan terhadap metafora terbatas pada medan semantik dan jenisnya, yakni kajian yang lebih bersifat semantis. Kajian metafora yang mengaitkan antara bentuk, jenis, dan fungsi metafora di dalam cerita belum pernah dilakukan. Kajian metafora dalam Layla Majnun ini menggunakan asumsi teoretis sebagai berikut. Pertama, setiap bentuk kebahasaan memiliki pola struktur tertentu yang dapat dideskripsikan secara internal. Pendeskripsian tersebut dapat dilakukan menurut struktur intrafrasal, intraklausal, intrakalimat, maupun antarklausal dan antarkalimat. Kedua, pemunculan bentuk-bentuk kebahasaan dalam suatu tuturan lisan maupun tertulis memiliki makna dan fungsi tertentu. Dengan kata lain, digunakannya bentuk atau butir kebahasan tertentu oleh penutur pasti memiliki alasan tertentu, entah disadari atau tidak. Fungsi tersebut berkaitan erat dengan upaya penutur untuk meningkatkan efektivitas dalam komunikasi, yakni upaya bahwa apa yang ingin dikemukakan atau efek apa yang ingin ditimbulkan di hati mitra tutur diharapkan tersampaikan dengan baik. Implikasinya ialah bahwa kajian terhadap bentuk kebahasaan tertentu harus mampu mengungkap makna dan fungsi tersebut. Ketiga, metafora sebagai salah satu bentuk penggunaan bahasa untuk merujuk pada sesuatu hal terhadap sesuatu hal lainnya Knowles and Moon, 2006 4 berkaitan dengan kognisi manusia karena penggunaan kata, frasa, atau klausa untuk merujuk kepada sesuatu berkenaan erat dengan kemampuan kognisi manusia. Oleh karena itu, kajian metafora sudah tentu tidak dapat dilepaskan dari upaya memahami kemampuan kognisi manusia, yakni si pencipta metafora. Salah satu kemampuan tersebut adalah kreativitas. Karena penciptaan metafora merupakan salah satu wujud kreativitas manusia, maka upaya memahami metafora berarti pula upaya memahami kreativitas manusia. Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 C. METAFORA 1. Pengertian Metafora Metafora adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan, misalnya kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia Kridalaksana, 2008 152. Berdasarkan pengertian di atas, di dalam metafora terdapat dua hal yang dihubungkan. Itulah sebabnya dapat dikatakan pula bahwa metafora adalah penggunaan bahasa untuk merujuk pada sesuatu hal terhadap sesuatu hal lainnya Knowles and Moon, 2006 4. Metafora dapat berkaitan dengan sesuatu objek konkret, seperti contoh di atas kaki gunung, kaki meja. Akan tetapi, metafora juga bisa berupa pemakaian kata atau bentuk lain yang bersangkutan dengan objek atau konsep abstrak, misalnya namanya harum bandingkan dengan bunga itu harum, sambutan yang dingin bandingkan dengan air dingin Kridalaksana, 2008 152. Beberapa pakar menyebut metafora merupakan inti dari kreativitas linguistis, khususnya dalam karya sastra. Meskipun metafora membandingkan dua hal, tetapi hakikatnya ia berbeda dengan simile. Metafora adalah dua makna yang tidak mirip dihubungkan secara implisit untuk menggambarkan atau menyarankan suatu identitas di antaranya, sedangkan simile adalah dua hal/benda yang tidak mirip yang dibandingkan secara eksplisit untuk menunjukkan kesamaan, dengan menggunakan penanda seperti seperti, bagai, bak, bagaikan, dan sebagainya Crystal, 1997 70—71. Metafora digunakan untuk mewakili suatu konsep yang ada dalam pikiran penutur agar mitra tutur dapat memahami suatu konsep yang dimaksud oleh penutur. Konsep yang ingin disampaikan penutur kadang sulit bila diungkapkan dengan kata-kata biasa, atau konsep abstrak atau kata yang mengandung nuansa tertentu sulit diungkapkan secara literal. Untuk itu, digunakanlah metafora. Knowles and Moon 2006 4 mengatakan Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 bahwa “It is typical that metaphors use concrete images to convey something abstract, helping to communicate what is hard to explain.” 2. Ranah dan Unsur Metafora Telah dinyatakan sebelumnya bahwa metafora merupakan penggunaan bahasa untuk merujuk pada sesuatu hal terhadap sesuatu hal lainnya. Bila menggunakan terminologi linguistik kognitif, metafora dimaknai sebagai pemahaman sebuah ranah konsepsual berdasarkan ranah konsepsual yang lain. Kedua ranah konsepsual ini memiliki relasi makna tertentu. Metafora yang berisi dua ranah konsepsual, yang satu ranahnya hanya dapat dipahami berdasarkan ranah yang lain, disebut metafora konsepsual. Sebuah ranah konsepsual merupakan organisasi pengalaman yang koheren. Selain metafora konsepsual, terdapat metafora linguistis. Metafora linguistik adalah metafora yang berupa kata, atau ekspresi linguistis lainnya, yang berasal dari ranah konsepsual yang lebih konkret Kövecses, 2002 4. Hubungan di antara keduanya dapat dinyatakan sebagai berikut ekspresi linguistis yaitu cara-cara berbicara membuat eksplisit, atau merupakan manifestasi dari, metafora konsepsual yaitu cara-cara berpikir Kövecses, 2002 6. Dalam metafora konsepsual terdapat dua ranah, yaitu sumber dan sasaran. “Sumber” adalah ranah yang ditarik dari ekspresi metaforis untuk memahami ranah konsepsual yang lain, sedang “sasaran” adalah ranah konsepsual yang dipahami. Sasaran merupakan ranah yang dicoba untuk dipahami melalui penggunaan sumber. Dengan demikian, sasaran merupakan konsep yang lebih abstrak, sedang sumber merupakan konsep yang lebih konkret atau bersifat fisik Kövecses 2002 4—6. Maksud penggunaan kata “dipahami” di sini adalah menemukan relasi antara dua konsep A dan B atau sumber dan sasaran dalam proses metaforis. Relasi yang dimaksud adalah korespondensi. Dalam metafora konsepsual terdapat seperangkat korespondensi yang sistematis antara sumber dan sasaran, dalam arti bahwa unsur-unsur konstituen konsepsual B/sasaran Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 berkorespondensi dengan unsur-unsur konstituen A/sumber. Korespondensi konsepsual ini sering disebut sebagai pemetaan mapping. Sebagai contoh, dapat dilihat kutipan berikut ini. 1 Bayi yang didamba siang-malam itu telah menghadirkan senyum kebahagiaan, menanggalkan kerudung kesengsaraan dan kesedihan yang selalu membayang, menjadi cahaya kehidupan serta penglipur lara di usia tua. Kutipan di atas menggambarkan bagaimana perasaan Syed Omri, yang sudah berusia tua, atas kelahiran Qays, anak yang didambakannya selama bertahun-tahun. Kelahiran anaknya ini merupakan anugerah yang sudah ditunggunya selama berpuluh tahun, dengan berbagai macam upaya, baik yang bersifat sosial bersedekah, membantu fakir miskin, dan lain-lain maupun memperbanyak ibadah dan memanjatkan doa. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditentukan ada tiga elemen konstituen “kelahiran bayi”, yaitu kesedihan yang diderita karena belum dikaruniai anak, kelahiran seorang anak, dan perasaan atas kelahiran seorang anak. Kesedihan dinyatakan secara “konkret” dengan ungkapan metaforis kerudung kesengsaraan. Kerudung, yang merupakan bagian dari pakaian atau busana wanita, memiliki elemen menutupi kepala atau sebagian muka, di luar kebiasaan pemakaian karena alasan fashion menutupi kepala atau sebagian muka karena sedih, dan menutupi kepala berarti juga menyimpan. Elemen menutupi, menyimpan, dan sedih’ yaitu sumber berkorespondensi dengan kesedihan mendalam yang ditahan selama bertahun-tahun’ yaitu sasaran, sebagaimana ditegaskan pula pada baris yang mengikutinya kesedihan yang selalu membayang. Sementara itu, perasaan bahagia atas kelahiran bayi diekspresikan dengan ungkapan metaforis cahaya kehidupan. Cahaya merupakan salah satu sumber energi, yaitu energi untuk penerangan. Cahaya memiliki elemen terang, putih, membuat manusia bisa melihat dengan jelas. Ketiga elemen tersebut sumber berkorespondensi dengan semangat hidup, hidup bahagia, menjadi bersemangat, Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 karena hati menjadi cerah seperti mendapat cahaya’ sasaran. Ranah sasaran ini dikuatkan pula dengan pernyataan atau frasa yang mengikutinya menjadi penglipur lara di usia tua. Kedua metafora tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Sumber PAKAIAN Sasaran KESEDIHAN kerudung kesengsaraan kesedihan yang mendalam, yang ditahan bertahun-tahun Sumber SUMBER ENERGI Sasaran SEMANGAT, KEBAHAGIAAN cahaya kehidupan penyemangat kehidupan Sementara itu, dilihat dari unsurnya, sebuah bentuk tuturan metafora memiliki tiga unsur, yaitu topik, citra vehicle, dan makna sense. Topik —yang oleh Newmark 1981 85 disebut objek— adalah sesuatu yang dibicarakan atau yang dibandingkan. Citra adalah kejadian, proses, hal yang digunakan sebagai bandingan bagi topik. Citra merupakan keterangan kepada topik. Adapun makna adalah titik kemiripan’ antara topik dan citra, yaitu adanya aspek-aspek khusus yang mempunyai kemiripan. Sebagai contoh, metafora cahaya cinta, dalam Cahaya cinta mereka tidak pernah mati, terdiri dari dua unsur, yaitu kata cahaya sebagai citra dan kata cinta sebagai topiknya. Unsur cahaya digunakan oleh penutur pengarang sebagai bandingan bagi unsur cinta. Dipilihnya cahaya, yang merupakan citra, oleh penutur pengarang sebagai bandingan bagi cinta, yang merupakan topik, tentu memiliki alasan-alasan tertentu. “Alasan” yang dimaksud adalah adanya relasi konsepsual atau korespondensi di antara elemen makna keduanya, atau adanya titik kemiripan antara cahaya yang merupakan “sumber” dan cinta yang merupakan sasaran. Korespondensi atau titik kemiripan di antara keduanya ialah bahwa cahaya memiliki sifat hidup, bersinar’ dan sinar’ itu bisa redup lemah atau mati hilang atau tidak ada sinar’; begitu pula perasaan cinta, yang memiliki sifat tinggi/sangat, berkurang/cukup, rendah, atau hilang sama sekali’. Dengan demikian, penggunaan cahaya sebagai bandingan Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 atau citra bagi cinta sangat sesuai karena terdapat korespondensi atau titik kemiripan sifat-sifatnya. D. SEKILAS TENTANG LAYLA MAJNUN Layla Majnun merupakan roman cinta yang paling populer dan bertahan dari generasi ke generasi. Bahasa sumber roman ini adalah bahasa Arab dengan judul Qays bin al Mulawah, Majnun Layla. Tidak ada kisah cinta yang termasyhur dan abadi seperti kisah Qays atau Majnun dan Layla dalam Layla Majnun. Begitu termasyhurnya hingga roman ini memiliki banyak versi, baik dalam hal bentuk maupun alih- bahasa. Yang dijadikan bahan analisis dalam artikel ini adalah versi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hikayat Layla dan Majnun ini berbentuk cerita/hikayat. Meskipun demikian, gaya bahasa yang digunakannya lebih mendekati ke bentuk syair. Selain itu, di dalamnya memang terdapat banyak syair yang menggambarkan perasaan cinta, perjalanan atau liku-liku cinta di antara Layla dan Majnun, perasaan duka akibat kerinduan, pengembaraan Majnun karena cinta, perasaan orang tua Majnun dan Layla, serta sikap lingkungan atau orang-orang di sekitar kedua tokoh sentral ini. Qays atau Majnun, tokoh sentral dari kisah ini, adalah anak semata wayang yang didambakan kehadirannya oleh orang tuanya, terutama ayahnya, selama berpuluh-puluh tahun. Masa kecil yang ditimang dengan penuh kasih sayang ibarat sebutir berlian, ketika menginjak usia sekolah atau remaja kehidupan Qays dan harapan besar orang tua kepadanya berbalik total. Hal itu disebabkan oleh tumbuh-kembangnya rasa cinta Qays kepada Layla. Dikisahkan bahwa ketika bersekolah Qays bertemu dengan Layla, gadis Arab yang kecantikannya menjadi perhatian setiap orang. Qays sangat mengaguminya hingga Qays selalu bersyair untuk memuji kecantikannya. Syair-syair yang diucapkan oleh Qays mengandung banyak metafora. Metafora tersebut dihadirkan untuk menggambarkan secara konkret, secara Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 visual atau inderawi, perasaan Qays yang sangat mendalam kepada Layla, perasaan yang tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata literal. Syair-syair Qays yang begitu indah membuat Layla merasakan perasaan yang sama. Keduanya menjalin cinta hingga tidak dapat belajar. Kisah cintanya terdengar oleh orang tua Layla. Setelah mendengar kabar tersebut, Layla tidak diperkenankan oleh orang tuanya untuk bertemu dengan Qays. Ketika Qays mendengar kabar tersebut, Qays merasa sedih dan meninggalkan keluarganya. Di sepanjang perjalanan atau pengembaraannya Qays selalu bersyair untuk memuji kecantikan gadis pujaannya hingga orang-orang yang dilewatinya memandang Qays telah gila dan memanggilnya majnun si gila’. Kabar bahwa Qays telah gila membuat orang tua Layla menguatkan keinginannya untuk mengasingkan Layla dan menjaganya agar dia dapat melupakan Qays. Pengasingan ini membuat penderitaan batin bagi Qays dan Layla. Qays mengembara hingga melupakan fisik atau duniawi sementara Layla hanya bisa bersedih dan berdiam diri di kamar. Sementara itu, kecantikan Layla membuat para bangsawan dan pangeran berminat untuk meminangnya. Salah seorang putra bangsawan berhasil meyakinkan orang tua Layla untuk mengabulkan pinangannya. Meskipun pernikahan itu bukan atas kehendak Layla, tetapi pernikahan tetap terjadi. Ketika Qays mendengar kabar bahwa orang tua Layla telah menikahkan Layla dengan seorang putra bangsawan, hatinya semakin sakit. Pernikahan itu tidak membuat Layla bahagia, namun justru sebaliknya menderita semakin dalam. Secara fisik Layla sudah menjadi istri bagi seorang bangsawan, tetapi hatinya tetap tertaut pada Majnun, yang berada jauh di hutan pengembaraan. Rumah tangga Layla berakhir setelah suaminya meninggal karena sakit. Kabar kepergian suaminya itu membuat Qays bersemangat dan ingin bertemu dengan Layla. Setelah dipertemukan oleh salah satu sahabatnya, Qays justru bersikap Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 aneh kepada Layla dan meninggalkannya begitu saja. Layla merasa kecewa dan merasa bersalah karena dirinyalah yang menyebabkan Qays menjadi seperti itu. Beberapa waktu setelah pertemuan itu Layla sakit dan akhirnya meninggal. Di akhir hayatnya Layla berpesan bahwa jika kelak ada seseorang yang menangisinya di pemakaman, biarkanlah ia. Setelah mendengar kabar bahwa Layla sudah tiada, Qays sangat sedih dan pergi menemui nisan Layla. Sepanjang waktu ia menemani nisan Layla hingga Qays meninggal di atas makam Layla. Saat meninggal, ia seorang diri, kesepian dan terpencil. Tidak ada seorang pun mengeluarkan air mata untuk meratapi kepergiannya dan tidak ada hati berduka karena ajalnya. Demikianlah akhir kisah Qays atau Majnun. E. METAFORA DALAM LAYLA MAJNUN BENTUK, STRUKTUR, DAN JENIS 1. Bentuk dan Struktur Metafora Metafora yang digunakan dalam Layla Majnun berbentuk frasa, klausa, dan kalimat. Pertama, metafora yang berbentuk frasa ada dua tipe, yaitu frasa nominal yang berurutan nomina+nomina dan frasa nominal yang berurutan nomina+klausa relatif. Jenis yang pertama dapat dilihat pada tiga contoh berikut ini. 2 Di wajahnya tergambar jelas badai kemarahan yang lebih hebat dari letusan gunung berapi. 3 Engkau adalah segalanya bagiku, karena bibit cinta yang engkau taburkan telah berakar dalam hatiku. 4 Kemudian aku memutuskan untuk tinggal bersamamu, mencercap hikmah dari akar jiwamu. Ketiga frasa nominal tersebut, yaitu badai kemarahan kalimat 2, bibit cinta kalimat 3, dan akar jiwamu kalimat 4, memiliki urutan unsur nomina + nomina. Adapun jenis frasa kedua, yaitu frasa nominal yang diperluas dengan klausa relatif, tampak pada contoh di bawah ini. Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 5 Demikian pula nasib yang mengintai dua taruna itu. 6 Namun jiwaku yang telah terbakar rindu belum sembuh jua. 7 Kuatkanlah jiwanya supaya dapat menjaga cinta yang telah kamu semaikan. 8 Kelahiran Qays, nama bayi itu, membuat semangat hidup Syed Omri yang telah bertahun-tahun padam, kembali bergairah. Pada kalimat 5 metafora nasib yang mengintai terdiri dari unsur nomina nasib yang diperluas dengan klausa relatif yang mengintai. Demikian pula ketiga metafora berikutnya yang berturut-turut terdiri dari unsur nomina jiwaku, cinta,semangat hidup Syed Omri, yang diperluas dengan klausa relatif yang telah terbakar, yang telah kamu semaikan, dan yang telah bertahun-tahun padam. Kedua, metafora berbentuk klausa. Dalam hal ini unsur pertama berupa subjek nomina dan unsur kedua berupa predikat verba atau adjektiva. Berikut ini adalah contohnya. 9 Batin menjerit tubuh binasa. 10 Dengan suara menyayat, yang terdengar lebih menyedihkan dari sangkakala maut, Layla berkata, “Apakah engkau berharap bisa memilikiku? Wahai tuan sadarilah, perkawinan ini adalah keinginan ayahku, bukan keinginanku sendiri! Aku tidak ingin melakukan perbuatan yang aku benci. 11 ... sekarang kehidupan Syed Omri dipenuhi oleh kesenangan dan kebahagiaan, namanya semakin harum di mata bani Amir. Pada contoh 9 unsur batin berkedudukan sebagai subjek, unsur menjerit berkedudukan sebagai predikat. Begitu pula pada contoh 10 dan 11 masing-masing unsur suara dan namanya berkedudukan sebagai subjek, sedang unsur menyayat dan semakin harum berkedudukan sebagai predikat. Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 Ketiga, metafora berbentuk kalimat. Berikut ini adalah contohnya. 12 Cinta itu telah berakar, tumbuh dan berbuah. 13 Tali kasih yang telah bersemi, akan kusiram dan kupupuk. Kalimat 12 tersebut mengandung tiga klausa, yaitu a cinta itu telah berakar, b cinta itu tumbuh, dan c cinta itu berbuah, yang di situ frasa cinta itu berkedudukan sebagai subjek dan telah berakah, tumbuh, dan berbuah berkedudukan sebagai predikat. Pada kalimat 13 terdapat dua klausa, yaitu a tali kasih yang telah bersemi akan kusiram dan b tali kasih yang telah bersemi akan kupupuk. Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa metafora memiliki dua unsur yang saling terkait erat, yakni topik dan citra. Dalam Layla Majnun kedua unsur metafora ini memiliki urutan tertentu. Pada tataran frasa posisi atau letak unsur citra dapat di depan topik dan dapat pula di belakang topik. Contoh-contoh berikut menunjukkan bukti dari pernyataan tersebut. 14 Cahaya cinta mereka tidak pernah mati. 15 Di wajahnya tergambar jelas badai kemarahan yang lebih hebat dari letusan gunung berapi. 16 Kemudian aku memutuskan untuk tinggal bersamamu, mencercap hikmah dari akar jiwamu. 17 Keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan pikirannya. Pada contoh 14 sampai dengan 17 metafora yang berbentuk frasa memiliki struktur sebagai berikut unsur citra berada di depan topik. Unsur citranya berturut-turut adalah cahaya, badai, akar, dan keharuman; dan unsur topiknya berturut-turut adalah cinta, kemarahan, jiwamu, dan cinta. Secara ringkas, struktur metafora-frasa tersebut dapat disajikan sebagai berikut. Citra + Topik cahaya cinta Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 badai kemarahan akar jiwamu keharuman cinta Contoh 14 sampai dengan 17 tersebut merupakan contoh metafora berbentuk frasa yang berstruktur nomina+nomina. Sebaliknya, contoh di bawah ini adalah frasa yang berstruktur nomina+klausa relatif dan letak unsur citra berada di belakang atau setelah topik. 18 Namun jiwaku yang telah terbakar rindu belum sembuh jua. 19 Kuatkanlah jiwanya supaya dapat menjaga cinta yang telah kamu semaikan. 20 Tali kasih yang telah bersemi, akan kusiram dan kupupuk. 21 Gadis itu melihat pesona yang memabukkan pada diri Qays. Pada kalimat 18, 19, dan 21 kata jiwaku, cinta, pesona berturut-turut merupakan unsur topik yang diperluas dengan klausa relatif yang telah terbakar rindu, yang telah kamu semaikan, yang memabukkan, yang merupakan citranya. Begitu pula pada kalimat 20, frasa tali kasih merupakan unsur topik yang diperluas dengan klausa relatif yang telah bersemi, yang merupakan citranya. Secara ringkas, struktur metafora-frasa tersebut dapat disajikan sebagai berikut. Topik + Citra jiwaku yang telah terbakar rindu cinta yang telah kamu semaikan tali kasih yang telah bersemi pesona yang memabukkan Sementara itu, pada tataran klausa unsur citra selalu di belakang topik. Hal ini dapat dilihat pada empat contoh di bawah ini. 22 Hatinya telah terkunci rapat, dan Majnunlah yang memegang anak kuncinya. Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 23 Namun sekarang, harapan itu telah padam, .... 24 Pun cinta sudah mengakar dalam hati keduanya, tetapi mereka tidak ingin orang lain mengetahui hubungan itu. 25 Apalagi yang dapat dilakukan seorang gadis yang hatinya telah tercuri, kecuali selalu ingin bertemu dengan si pencuri. Pada kalimat 22 sampai dengan 25 unsur citra telah terkunci rapat, telah padam, sudah mengakar, dan telah tercuri berada di belakang unsur topik hatinya, harapan itu, cinta, dan hatinya. Secara ringkas, struktur metafora-klausa di atas dapat disajikan sebagai berikut. Topik + Citra hatinya telah terkunci rapat harapan itu telah padam cinta sudah mengakar hatinya telah tercuri Pada tataran klausa tidak ada urutan citra di depan topik sehingga urutan *telah terkunci rapat hatinya atau *sudah mengakar cinta tidak ditemukan dalam Layla Majnun. Hal ini terjadi karena secara klausal bagian yang dijelaskan, dideskripsikan’ adalah posisi yang secara sintaktis diduduki oleh predikat, dan predikat dalam bahasa Indonesia secara dominan berada di sebelah kanan subjek. Dengan demikian, wajar apabila bagian yang menjelaskan, mendeskripsikan’ tentang topik, yaitu citra, berada di sebelah kanan subjek = topik. 2. Jenis Metafora Jenis-jenis metafora ini ditentukan berdasarkan citranya karena unsur inilah yang menjadi bandingan bagi topik dan menjadi lahan kreativitas penulisnya. Dengan mengkaji jenis metafora berdasarkan citra inilah akan diketahui kualias kreativitas penulis dalam menciptakan metafora; dan dari sini pulalah dapat Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 diketahui atau dijelaskan nilai keunggulan penciptaan metafora terkait dengan teknik penceritaan. Setelah melakukan pencermatan terhadap data metafora yang terdapat dalam Layla Majnun, diperoleh 13 jenis metafora. Penamaan dan klasifikasi metafora ini sebagian besar mengikuti klasifikasi yang dilakukan Kövecses 2002 16—20, yang disusun berdasarkan hasil penelitiannya dalam bahasa Inggris. Dikatakan sebagian besar karena tiga jenis di antaranya dibuat penulis ini berdasarkan temuan data yang belum terakomodasi dalam klasifikasi yang dibuat Kövecses. Ke-13 jenis metafora tersebut disajikan berikut ini. Urutan penyajiannya disusun berdasarkan kuantitas dan variasi metafora yang tercakup di dalamnya; artinya jenis metafora yang mengandung jumlah data dan tingkat variasi yang lebih banyak ditempatkan pada urutan di atas, sedang yang mengandung jumlah data dan tingkat variasi yang lebih sedikit ditempatkan pada urutan di bawah. Tidak semua contoh akan ditampilkan di dalam tulisan ini, kecuali yang memang hanya mengandung satu atau dua data. a. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Daya atau Energi Jenis metafora ini merupakan yang banyak ditemukan atau digunakan dalam Layla Majnun. Daya atau energi ini meliputi daya gravitasi, magnetik, listrik, dan mekanis. Daya-daya tersebut terimplementasi ke dalam wujud gelombang, angin, badai, api, cahaya, daya dorong, daya tarik, dan sebagainya. Dalam Layla Majnun citra yang digunakan dalam metafora jenis ini adalah cahaya, api, gelombang, pusaran beserta sifat-sifat yang melekat pada api atau cahaya, seperti nyala, bara, terbakar, bergejolak, padam. Berikut ini adalah contohnya. 26 Cahaya gadis itu benar-benar mempesona. 27 Cahaya cinta mereka tidak pernah mati. 28 Nyala api asmara dalam hati semakin lama semakin berkobar. Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 29 ... tiada guna engkau datang kemari bila untuk memadamkan bara api jiwaku. 30 ... jiwaku yang telah terbakar rindu belum sembuh jua. 31 ... harapan itu telah padam. 32 Di wajahnya tergambar jelas badai kemarahan yang lebih hebat dari letusan gunung berapi. 33 Ia telah diombang-ambingkan oleh gelombang kerinduan. 34 ... terseret semakin jauh dalam pusaran cinta. 35 Gejolak gairah cinta dalam jiwa membuatnya kehilangan akal sehat. Sifat membakar’ yang dimiliki api digunakan bukan hanya untuk memunculkan bandingan topik kerinduan’, yang biasa digunakann dalam metafora, melainkan juga digunakan untuk topik kebahagiaan’, sehingga selain contoh 28 terdapat metafora 36 berikut ini. 36 ada api yang membakar kebahagiaan kami. Sebagaimana tampak pada contoh-contoh di atas, citra daya atau energi dimanfaatkan secara optimal oleh pengarang untuk “memvisualisasikan” perasaan cinta, rindu, marah, bahkan sosok fisik Layla. Perasaan cinta, yang memiliki sifat indah, keluar dari hati, kuat-lemah, hilang’ dicitrakan dengan cahaya, bara api, bahkan pusaran yang memiliki daya sedot/tarik yang kuat. Perasaan rindu atau harapan yang memiliki sifat seperti cinta dicitrakan dengan api bahkan gelombang yang memiliki sifat kuat, terombang-ambing. Perasaan marah dicitrakan dengan badai, yang memiliki sifat kuat, menakutkan’ sehingga penciptaan metafora badai kemarahan mampu menggambarkan perasaan marah yang sangat secara tepat. Sementara itu, sosok Layla yang memiliki kecantikan dan daya tarik bagi laki-laki dicitrakan dengan cahaya. Cahaya yang memiliki sifat bersinar, terang, memperjelas benda’, berkorespondensi dengan kecantikan, yang memiliki sifat indah, terang wajahnya, mengeluarkan daya tarik’. Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 Perasaan cinta, rindu, marah, yang “abstrak” dalam sebuah narasi tidak mungkin dinyatakan dengan kata-kata literal. Dengan memanfaatkan citra daya atau energi dalam menciptakan metafora, kekuatan’ cinta, rindu, marah itu dapat diungkapkan dengan “hidup” sehingga pembaca dapat merasakan’ kekuatan cinta, rindu, marah, bahkan aura kecantikan Layla. b. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Tumbuhan Sama halnya dengan metafora jenis pertama, jenis metafora ini merupakan yang banyak ditemukan dalam Layla Majnun. Yang dimaksud dengan tumbuhan di sini meliputi bagian tumbuhan benih, akar, kuncup, bunga hingga sifat-sifat yang dimiliki tumbuhan, misalnya harus ditanam, bersemi, tumbuh, subur, layu, dan sebagainya. Penggunaan citra tumbuhan yang “hidup”, karena tiga siklus kehidupan tumbuhan digambarkan dengan sangat baik dalam sebuah kalimat, tampak dalam metafora di bawah ini. 37 Cinta itu telah berakar, tumbuh dan berbuah. Contoh lainnya adalah sebagai berikut. 38 .. bibit cinta yang engkau taburkan telah berakar dalam hatiku. 39 Benih cinta yang engkau taburkan telah berakar dalam hatiku. 40 Kuatkanlah jiwanya supaya dia dapat menjaga cinta yang telah kamu semaikan. 41 Layla sedang memendam cinta yang kuat berakar di dalam lubuk hatinya. 42 Tali kasih yang telah bersemi, akan kusiram dan ku pupuk. 43 Dari waktu ke waktu cinta tumbuh subur dan berbunga harum di dalam taman hati Qays dan Layla. 44 Duhai sayangku, segarkanlah kuncup-kuncup hatiku yang telah layu ini. 45 Cinta dan kekayaan adalah bunga kehidupan terindah ... Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 46 Rasa malu dan ketakutan tidak mampu menghancurkan bunga cinta. 47 Jiwa pecinta yang sudah merasakan nikmatnya anggur asmara itu sering terbuai dengan khayal dan angan-angan. 48 ... hujan dapat menghidupkan pohon yang jiwanya layu. 49 Di dalam diri Majnun mengalir duri kesedihan yang beracun. 50 ... pikiran Ibnu Salam selalu didera oleh duri-duri kehidupan yang ditusukkan oleh Layla. Seperti tampak pada contoh-contoh di atas, citra tumbuhan dimanfaatkan secara optimal oleh pengarang untuk “memvisualisasikan”, untuk “mengkonkretkan”, sense cinta dan perasaan yang terkait dengannya. Bagian-bagian penting tumbuhan, khususnya tanaman bunga, dimanfaatkan untuk menciptakan unsur citra dalam metafora, mulai dari bibit/benih, akar, kuncup bunga, sampai bunga mekar, serta duri. Begitu pula sifat atau keadaan tumbuhan bunga juga dimanfaatkan secara maksimal mulai dari berakar, bersemi, tumbuh, berbunga, berbuah, hingga layu. Perasaan cinta yang sedemikian halus tidak mungkin dinyatakan dengan kata-kata literal. Dengan memanfaatkan citra tumbuhan dalam menciptakan metafora, perasaan cinta, dan perasaan yang terkait dengannya dapat diungkapkan dengan “hidup” sehingga pembaca dapat merasakan’ apa yang dirasakan oleh tokoh cerita. Tumbuhan dipilih untuk menggambarkan tumbuh-kembangnya cinta karena tumbuhanlah yang memiliki titik kemiripan’, korespondensi, dengan cinta. Tumbuhan memiliki sifat berakar, tumbuh, berbunga kuncup, mekar, layu, sebagaimana cinta yang memiliki sifat ada-tidaknya bibit, benih, kuat-tidaknya dan berkembangnya dalam hati berakar, tumbuh subur, berbunga, layu. Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 c. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Pakaian Metafora ini menggunakan bagian dari pakaian sebagai citra. Hanya ada dua bagian pakaian yang digunakan sebagai citra dalam Layla Majnun, yaitu kerudung dan selendang. Di sini fungsi pakaianlah yang lebih ditonjolkan untuk menciptakan metafora daripada jenis atau mode. Dengan memilih fungsi pakaian daripada lainnya, rasa terselimuti-kesedihan yang ingin dijadikan “sasaran” menjadi lebih konkret. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut ini. 51 Kerudung kesuraman malam berganti dengan pandangan yang menyejukkan dari fajar keperakan. 52 Di masa muda yang penuh keceriaan akan diselimuti kerudung masa tua. 53 “Anakku! Cinta yang engkau rasakan telah membuatmu menjadi begini! Menjauhkanmu dari rumah, memberimu selendang sakit hati dan pakaian keputusasaan. d. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Alat Pada jenis metafora ini lima “alat” dimanfaatkan untuk menciptakan metafora yang memiliki sasaran cinta dan hidup sebagai lawan mati, yaitu tali, benang, panah, belenggu, dan cawan. Seperti tampak pada contoh berikut ini, fungsi dari alat-alat tersebut dipilih untuk menciptakan metafora. 54 Tapi tidakkah disadari bahwa tali cinta ... tidak bisa dipisahkan oleh rentang jarak? 55 Dan pada mentari yang bersinar cerah ia meminta agar tali ikatan jiwa mereka yang dilanda cinta diberi cahaya, hingga dapat berjalan di kegelapan dunia. 56 Wahai tuan yang bijaksana, kami datang dengan niat tulus ingin merangkai benang-benang asmara yang mengikat puteri tuan dengan sahabat kami. 57 Benang kehidupannya telah putus! Nafas Layla ... tiba-tiba melemah, .... Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 58 Bila panah cinta telah menghunjam hati dan jantung, maka tiada yang dapat dilakukan kecuali mengikuti jalan cinta. 59 Singkaplah tirai deritayang selalu membelenggu kalbu. 60 Pecinta hanya hidup dengan cinta, ..., minum madu kepedihan dari cawan rindu. e. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Makanan Makanan yang dimanfaatkan pengarang sebagai citra untuk menciptakan metafora adalah madu dan roti. Dalam kehidupan manusia kedua makanan itu mempunyai makna konotasi enak’. Berikut ini adalah contohnya. 61 Pecinta hanya hidup dengan cinta, mereka makan dengan roti kasih, minum madu kepedihan dari cawan rindu. 62 Memang begitulah madu asmara, tiada yang lebih indah selain khayal dan harapan. 63 Cukuplah bagiku ..., ketika aku ... dapat menikmati madu senyummu ... 64 Layla yang sedang menikmati air madu kehidupan yang dilantunkan Majnun menjadi tergagap saat mendengar isak tangis Majnun. Di antara tiga contoh penggunaan madu untuk menciptakan metafora, yaitu madu asmara, madu senyummu, dan air madu kehidupan, metafora madu kepedihan merupakan contoh penciptaan metafora yang menarik dalam Layla Majnun. Madu biasanya dimanfaatkan sebagai citra dalam metafora untuk menggambarkan makna, sense, yang mengacu pada kenikmatan atau sesuatu yang menyenangkan/mengenakkan. Akan tetapi, dalam Layla Majnun madu selain dimanfaatkan untuk menciptakan makna kenikmatan atau sesuatu yang menyenangkan, juga dimanfaatkan secara “kontras” untuk menggambarkan nikmatnya’ kepedihan kepedihan karena rindu tak terobati yang ditanggung sebagai akibat dari tumbuhnya rasa cinta yang mendalam. Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 f. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Bau dan Rasa Bau harum, rasa manis, dan dahaga dimanfaatkan untuk menciptakan metafora bercitra bau dan rasa. Bau harum digunakan untuk menggambarkan makna daya tarik’ cinta dan nama; rasa manis dan dahaga dimanfaatkan untuk menggambarkan makna keinginan untuk dipenuhi rasa rindu, ingin bertemu’. 65 Keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan pikirannya. 66 ... namanya Syed Omri semakin harum di mata bani Amir. 67 Mereka hanya merasakan manisnya cinta, ... 68 Untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi hatiku. 69 Pernakah seorang wanita memenuhi dahaga jiwamu, ... g. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Bangunan dan Konstruksi Dalam Layla Majnun kata kunci, jalan, dan gerbang dimanfaatkan dengan baik untuk menciptakan metafora yang bercitra bangunan dan konstruksi. Kunci merupakan bagian dari bangunan atau gedung, sedang jalan dan gerbang merupakan salah satu wujud konstruksi. Perhatikanlah contoh berikut ini. 70 Hatinya telah terkunci rapat, dan Majnunlah yang memegang anak kuncinya. 71 Jalan cinta yang ia lalui amat melelahkan. 72 Gerbang kematian telah terbuka, dan mengajaknya pergi meninggalkan dunia fana. h. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Tubuh Manusia Meskipun tidak banyak digunakan dalam Layla Majnun, penggunaan bagian tubuh sendi dan air mata cukup mampu “menghidupkan” atau mengkonkretkan perasaan kuatnya Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 keinginan dan perasaan sedih karena rindu. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut ini. 73 Ia seperti merasakan bumi berguncang dengan hebat, hingga merobohkan sendi-sendi keinginannya untuk menuntut ilmu. 74 Dialah yang mananamkan bibit cinta di taman hati, lalu ia sirami dengan air mata kerinduan. i. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Binatang Salah satu anggota tubuh binatang, yaitu sayap, dimanfaatkan untuk menciptakan metafora yang mengandung makna cinta dan kematian yang memiliki sifat datang dan pergi/hilang’. Bagian tubuh binatang yang mampu membawa hal datang’ dan pergi’-nya cinta dan kematian tersebut adalah sayap, bukan kaki, karena sayap dapat membawa cinta dan kematian terbang ke atas atau langit, sebagaimana ditegaskan pada klausa di belakangnya. Perhatikanlah contoh berikut ini. 75 Dan hatiku hancur luluh, sayap cinta telah memeluk, dan membawa jiwaku terbang. 76 Sayap-sayap kematian telah mengajaknya terbang menemui Layla sang kekasih di alam ke abadian. Sementara itu, meskipun keempat jenis metafora berikut ini tidak banyak digunakan atau didayagunakan dalam Layla Majnun, penciptaan metafora-metafora tersebut mampu menciptakan gambaran yang lebih konkret dan jelas bagi pembaca mengenai “topik”. Keempat jenis metafora tersebut adalah metafora yang citranya berkenaan dengan 10 lingkungan, 11 gerakan dan arah, 12 transaksi ekonomi, dan 13 panas. j. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Lingkungan Bagian lingkungan yang digunakan untuk membentuk metafora adalah debu. Debu memiliki atau membawa sifat kecil, bertebaran, dan kotor. Pada metafora jenis 10 ini debu digunakan Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 untuk menggmbarkan makna bertebarannya atau adanya kesedihan’ seperti tampak pada kalimat 77 berikut ini. 77 Kehadiran Qays benar-benar dapat membasuh debu kesedihan dalam hati lelaki tua yang sudah mulai lemah itu. Pada kalimat 77 itu diungkapkan bahwa kehadiran Qays, anak yang didambakan Syed Omri, si “lelaki tua yang sudah mulai lemah itu”, mampu menghilangkan kesedihan yang selama ini dideritanya. Penggunaan debu menggambarkan bahwa kesedihan itu hilang secara cepat berkat kelahiran Qays seperti orang membasuh debu. Bukankah dengan hanya membasuh, debu yang menempel di badan kita cepat hilang? k. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Gerakan dan Arah Citra gerakan dan arah meliputi segala sesuatu yang mengacu pada kegiatan atau aktivitas yang menimbulkan gerakan ke depan, belakang, atas, bawah, atau samping. Dalam Layla Majnun digunakan kata berkelana, yang mengacu pada aktivitas yang bergerak ke segala penjuru dan tanpa arah. Contoh kalimat 78 berikut ini menunjukkan hal tersebut. 78 Demikian pula Majnun, walau jiwanya ingin terus berkelana, namun tubuhnya tak lagi memiliki kekuatan, kakinya tak lagi berdaya. Pada kalimat 78 frasa ingin terus berkelana digunakan untuk menggambarkan keinginan hati untuk bergerak tak tentu arah untuk memenuhi hasrat cinta’. l. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Transaksi Ekonomi Metafora jenis ini terdapat pada penggalan kalimat berikut ini. 79 jiwaku telah tergadaikan oleh pesonamu yang memabukkan. Pada kalimat 79 frasa telah tergadaikan digunakan untuk menggambarkan hati Majnun yang betul-betul terpikat oleh Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 pesona Layla’; dan karena terpikat, Majnun mau menukar jiwanya seperti di pegadaian dengan pesona Layla. Karena unsur citra telah tergadaikan mengandung makna pertukaran atau transaksi’, maka metafora jiwaku telah tergadaikan dapat digolongkan ke dalam metafora yang citranya berkenaan dengan traksaksi ekonomi. m. Metafora yang Citranya Berkenaan dengan Panas Metafora jenis terakhir ini sebetulnya bercitra panas dan dingin karena keduanya merupakan keadaan, rasa, yang bersifat universal. Di dalam penjenisan metafora ini hanya digunakan citra panas, semata-mata karena pada Layla Majnun hanya ditemukan metafora yang citranya berkenaan dengan panas, seperti tampak pada kalimat 80 berikut ini. 80 Melalui pancaran mata, jiwa mereka seolah mengatakan tidak ingin berpisah, sembari merasakan kehangatan cinta. Pada kalimat 80 kata kehangatan digunakan untuk menggambarkan tingkat/kadar cinta’ yang sama-sama dirasakan Majnun dan Layla. Hangat merupakan keadaan yang berhubungan dengan rasa panas. F. FUNGSI METAFORA DALAM LAYLA MAJNUN Kisah Layla dan Majnun berkisar pada permasalahan pokok cinta di antara Manjun dan Layla. Rasa cinta di antara keduanya ini kemudian menimbulkan permasalahan lingkungan di seputar kedua tokoh ini, yaitu orang tua Majnun dan Layla serta orang-orang yang berada di sekeliling mereka. Perasaan cinta yang bergairah dan “penderitaan” yang muncul akibat terhalangnya perwujudan cinta di antara keduanya, karena faktor lingkungan atau budaya dan sikap orang tua Layla, menjadi permasalahan pokok yang mendominasi alur cerita kisah Layla dan Majnun. Tumbuh dan berseminya bunga-bunga cinta di antara keduanya, upaya “menyembunyikan” hubungan cinta karena takut akan akibat sosial-budaya yang justru akan merugikan keduanya, hingga pedihnya penderitaan menanggung rindu karena Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 terpisahnya kedua insan secara fisik, menjadi tema yang mendominasi syair-syair yang diciptakan pengarang. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila “sasaran” tema metafora berkisar di antara permasalahan-permasalahan tersebut. Itulah sebabnya penciptaan metafora berkisar pula pada permasalahan tersebut. Berdasarkan data yang terjaring, tampak bahwa pengarang berusaha mendayagunakan secara optimal kosakata yang mampu menggambarkan secara inderawi agar menjadi konkret, tidak abstrak mengenai perasaan yang berdimensi noninderawi, abstrak yang muncul di seputar permasalahan cinta tersebut. Kemampuan menemukan atau mengolah kata yang sesuai untuk menempati unsur “citra” dan “topik” dalam metafora yang diciptakannya merupakan bagian terpenting. Dilihat dari penalaran ini, dapat disimpulkan bahwa pemilihan metafora yang berkenaan dengan daya dan tumbuhan yang sangat mendominasi dalam Layla Majnun, sebagaimana tampak pada uraian merupakan penggunaan gaya bahasa yang sangat tepat karena mendukung isi cerita secara signifikan. Dikatakan demikian karena citra daya dan tumbuhan itulah yang memiliki titik kemiripan’ makna dengan kekuatan dan tumbuh-kembangnya cinta di hati Layla dan Majnun. Dengan kata lain, pemilihan daya dan tumbuhan sebagai pengisi unsur “citra” memperlihatkan kualitas kemampuan pengarang dalam menemukan titik korespondensi antara unsur “sumber” dan “sasaran”. Sementara itu, metafora yang berkenaan dengan mesin dan alat, bau dan rasa, makanan, ekonomi, serta panas merupakan metafora pendukung yang didayagunakan untuk mendukung gambaran indahnya atau nikmatnya cinta. Adapun metafora yang berkenaan dengan pakaian, binatang, lingkungan, serta gerakan dan arah cenderung digunakan untuk menggambarkan suatu kesedihan, penderitaan, atau suasana hati yang kurang enak. Pada pihak lain, dilihat dari jenis metafora dan dihubungkan dengan bentuk atau struktur metafora, data Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 menunjukkan bahwa 11 jenis metafora selain citra gerakan/arah dan transaksi ekonomi menggunakan bentuk frasa yang berurutan “citra+topik”. Selain itu, metafora berbentuk frasa yang berurutan “citra+topik” ini didayagunakan oleh pengarang untuk menggambarkan, menjelaskan, atau mendeskripsikan sosok fisik, rasa cinta, derita Layla dan Majnun, lingkungan sosial, dan orang tua kedua tokoh tersebut. Jadi, hampir seluruh peristiwa atau permasalahan di seputar Layla dan Majnun terwakili oleh pemakaian ke-11 metafora tersebut. Fakta ini mengindikasikan bahwa upaya pengarang untuk membuat gambaran “topik” menjadi lebih konkret dan penekanan pada “citra” yang bersifat konkret itu memiliki fungsi yang siginifikan terhadap gaya penceritaan hikayat ini. Dengan pemanfaatan ke-11 metafora tersebut, deskripsi tentang “topik” menjadi lebih hidup. G. PENUTUP Berdasarkan paparan dan analisis yang telah dikemukakan pada pasal-pasal sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal berikut. Pertama, metafora yang digunakan dalam Layla Majnun berbentuk frasa, klausa, dan kalimat. Pada tataran frasa, letak unsur citra dapat di depan topik dan dapat pula di belakang topik. Sementara itu, pada tataran klausa dan kalimat unsur citra selalu di belakang topik. Hal yang terakhir ini dimungkinkan terjadi karena secara klausal bagian yang dijelaskan atau dideskripsikan’ adalah posisi yang secara sintaktis diduduki oleh predikat, dan predikat dalam bahasa Indonesia secara dominan berada di sebelah kanan subjek. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila bagian yang menjelaskan, mendeskripsikan’ tentang topik, yaitu citra, berada di sebelah kanan subjek = topik. Kedua, berdasarkan kata yang digunakan pada unsur “citra”, terdapat 13 jenis metafora dalam Layla Majnun. Penamaan metafora ini 10 di antaranya mengikuti penamaan yang dibuat oleh Kövecses 2002 dan 3 lainnya dibuat penulis ini Suharsono Adabiyyāt, Vol. XIII, No. 2, Desember 2014 berdasarkan temuan data yang belum terakomodasi dalam klasifikasi yang dibuat Kövecses lihat lampiran Peta Konsep Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun. Ketiga, berdasarkan pengamatan terhadap metafora yang digunakan dalam Layla Majnun, tampak bahwa pengarang berusaha mendayagunakan secara optimal kosakata yang mampu menggambarkan secara inderawi perasaan yang berdimensi noninderawi, abstrak yang muncul di seputar permasalahan cinta di antara kedua tokoh utamanya. Pemilihan metafora yang berkenaan dengan daya dan tumbuhan yang sangat mendominasi dalam Layla Majnun merupakan penggunaan gaya bahasa yang sangat tepat karena mendukung isi cerita secara signifikan. Penggunaan metafora tersebut bukan hanya memperlihatkan kemampuan kreativitas pengarang dalam mengolah kata melainkan juga mencerminkan bagaimana persepsi pengarang terhadap dunia sekelilingnya. Karena persepsi manusia tidak terlepas dari lingkungan tempat ia hidup, berkembang, dan berinteraksi, maka penggunaan metafora dalam Layla Majnun sekaligus memberikan gambaran terhadap kehidupan sosial, budaya, dan adat istiadat masyarakat Arab pada waktu itu. Penggunaan metafora yang citranya berkenaan dengan daya atau energi dan tumbuhan menggambarkan bagaimana persepsi manusia pengarang terhadap keadaan lingkungan alam dan tetumbuhan pada waktu itu. Di lain pihak, tebatasnya penggunaan metafora yang berkenaan dengan pakaian, bagian tubuh manusia dan binatang; atau terbatasnya pengarang dalam “mengeksploitasi” tubuh manusia dan binatang termasuk jenis binatang, sedikit banyak merefleksikan adat istiadat dan nilai-nilai seperti apa yang perlu dijunjung oleh warga masyarakat pemakai bahasa tersebut. Penggunaan Metafora dalam Layla Majnun SK Akreditasi DIKTI No 040/P/2014 DAFTAR PUSTAKA Crystal, David. 1997. The Cambridge Encyclopedia of Language. Second Edition. Cambridge Cambridge University Press. Knowles, Murray and Rosamund Moon. 2006. Introducing Metaphor. New York Routledge. Kövecses, Zoltán. 2002. Metaphor A Practical Introduction. Oxford Oxford University Press. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Kusumastuty, M. Imelda. 2011. “Medan Semantik Metafora Nominatif dalam Lirik Lagu Kla Project dan Bon Jovi serta Kaitannya dengan Sistem Ekologi”. Tesis. Yogyakarta Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Nizami, Syaikh. 2001. Layla Majnun. Diterjemahkan oleh Salim Bazmul dari Qays bin al Mulawah, Majnun Layla. Yogyakarta Navila. Puspita Sari, Rosdiana. 2011. “Metafora pada Lagu-Lagu Spiritual Negro The Negro Spiritual”. Yogyakarta Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Naskah tesis tidak diterbitkan. Udu, Hamiruddin. 2006. “Metafora dalam Kaganti Pengantar Tidur”. Tesis. Yogyakarta Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Imam HamzahRusdiawan RusdiawanJohan MahyudiThe problem in this research is how to classify the emotions of the character Qais Al-Qarani in the novel Layla Majnun by Nizami Al-Ganjavi based on the study of David Krech's perspective. This study aims to determine the emotional classification of the character Qais Al-Qarani in the novel Layla Majnun by Nizami Al-Ganjavi based on the study of David Krech's perspective. The theory used in this research is David Krech's classification of emotions. This research is qualitative. The data source in this study is the novel Layla Majnun by Nizami Al-Ganjavi. The data collection method used is the library method and documentation. Based on the results of data analysis conducted on the novel Layla Majnun, it can be concluded that the character Qais Al-Qarani in the novel Layla Majnun has seven classifications of emotions based on David Krech's perspective. From the results of data analysis in this study, it can be seen that various classifications of Qais Al-Qarani's emotions are as diverse as the concept of guilt experienced by Qais is illustrated when he makes a love rope which according to people is not good so that he separates from Layla. The pent-up guilt experienced by Qais is seen when a mother tries to persuade him to go home but Qais has no desire to go home. Self-punishment was seen when Qais hurt himself by writhing on a thorn and hitting his head. He did this to relieve the tension he felt. The shame that Qais experienced was seen when he had a guest who came from far away. The person's name is Salam. Salam wanted to accompany Qais to his Majnun but Qais refused because he felt he would not be able to share anything with Salam. He was just an isolated madman. The sadness that was felt by Qais himself was seen when his separation from his lover Layla occurred. The separation made him feel great sadness. Longing for her lover has brought so much suffering, tears, pain, and all forms of suffering and misfortune. The hatred that Qais felt was seen when he left the lives of those who were close to him and chose to live in the desert and wander. He feels that his environment never understands and accepts the reason why he acts like a crazy person. The love experienced by Qais is seen when he prays and asks God to end his life and death picks him up. He did this because the lover he loved so much had HamzahRusdiawan RusdiawanJohan MahyudiThe problem in this research is how to classify the emotions of the character Qais Al-Qarani in the novel Layla Majnun by Nizami Al-Ganjavi based on the study of David Krech's perspective. This study aims to determine the emotional classification of the character Qais Al-Qarani in the novel Layla Majnun by Nizami Al-Ganjavi based on the study of David Krech's perspective. The theory used in this research is David Krech's classification of emotions. This research is qualitative. The data source in this study is the novel Layla Majnun by Nizami Al-Ganjavi. The data collection method used is the library method and documentation. Based on the results of data analysis conducted on the novel Layla Majnun, it can be concluded that the character Qais Al-Qarani in the novel Layla Majnun has seven classifications of emotions based on David Krech's perspective. From the results of data analysis in this study, it can be seen that various classifications of Qais Al-Qarani's emotions are as diverse as the concept of guilt experienced by Qais is illustrated when he makes a love rope which according to people is not good so that he separates from Layla. The pent-up guilt experienced by Qais is seen when a mother tries to persuade him to go home but Qais has no desire to go home. Self-punishment was seen when Qais hurt himself by writhing on a thorn and hitting his head. He did this to relieve the tension he felt. The shame that Qais experienced was seen when he had a guest who came from far away. The person's name is Salam. Salam wanted to accompany Qais to his Majnun but Qais refused because he felt he would not be able to share anything with Salam. He was just an isolated madman. The sadness that was felt by Qais himself was seen when his separation from his lover Layla occurred. The separation made him feel great sadness. Longing for her lover has brought so much suffering, tears, pain, and all forms of suffering and misfortune. The hatred that Qais felt was seen when he left the lives of those who were close to him and chose to live in the desert and wander. He feels that his environment never understands and accepts the reason why he acts like a crazy person. The love experienced by Qais is seen when he prays and asks God to end his life and death picks him up. He did this because the lover he loved so much had Semantik Metafora Nominatif dalam Lirik Lagu Kla Project dan Bon Jovi serta Kaitannya dengan Sistem EkologiM KusumastutyImeldaKusumastuty, M. Imelda. 2011. "Medan Semantik Metafora Nominatif dalam Lirik Lagu Kla Project dan Bon Jovi serta Kaitannya dengan Sistem Ekologi". Tesis. Yogyakarta Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Majnun. Diterjemahkan oleh Salim Bazmul dari Qays bin al MulawahSyaikh NizamiNizami, Syaikh. 2001. Layla Majnun. Diterjemahkan oleh Salim Bazmul dari Qays bin al Mulawah, Majnun Layla. Yogyakarta pada Lagu-Lagu Spiritual Negro The Negro SpiritualPuspita SariRosdianaPuspita Sari, Rosdiana. 2011. "Metafora pada Lagu-Lagu Spiritual Negro The Negro Spiritual". Yogyakarta Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Naskah tesis tidak dalam Kaganti Pengantar TidurHamiruddin UduUdu, Hamiruddin. 2006. "Metafora dalam Kaganti Pengantar Tidur". Tesis. Yogyakarta Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Laila Majnun, adalah kisah percintaan dramatis berlatar belakang tradisi Arab pada abad pertengahan, antara Laila puteri bangsawan yang cantik jelita dengan Majnun putera hartawan yang budiman. Hubungan cinta kedua sejoli ini bergetar ketika umur Laila 12 tahun dan Majnun 13 tahun. Percintaan yang terlalu dini ini tidak direstui oleh keluarga kedua belah pihak, sehingga terjadilah pemutusan hubungan. Laila dikurung ketat di dalam kamarnya sehingga Majnun tak dapat lagi menemuinya. Jangankan berbicara dengannya, mendengar suaranya pun tak bisa lagi. Hanya bayang-bayang yang menyiksa diri….Situasi itu membuat Majnun menjadi puitis, bahkan mulai miring- miring. Orang sekampung menganggapnya gila majnun artinya gila, karena ia selalu bicara bergaya puisi mengenai Laila. Dengan susunan kata-kata dalam kehampaan yang indah. Dalam kegilaan tak tertahankan itu, Majnun memutuskan untuk membuang hidupnya, mengembara seorang diri di padang pasir yang kejam, tidur menjelapak di reruntuhan bangunan tua, campur-baur dengan serigala. Yang dilakukannya setiap hari hanyalah merenungi nasib, meratapi cinta, menyebut-nyebut nama Laila. Jika ada orang bertemu dengannya ia langsung membacakan puisi tentang Laila. Jika ada angin bertiup dari arah desa Laila, ia menadahkan badannya untuk menghirup sebanyak-banyaknya angin yang telah menyentuh Laila sebelumnya. Hanya Laila dalam setiap tarikan nafasnya, o…, hanya ada Laila!Ketika ia mendengar kabar Laila telah dinikahkan oleh orangtuanya kepada lelaki lain, Majnun menangis sejadi-jadinya. Ialah tangisan yang merobek langit, mencerca rembulan, memaki bumi. Akan tetapi di akhir tangisan itu ia memperoleh pencerahan, ialah pemahaman mengenai makna cinta, kasih sayang, rindu dan kekasih, dalam arti yang setinggi-tingginya. Pada akhirnya ia tersenyum bahagia menikmati indahnya hubungan cintanya dengan Laila. Di pihak lain, Laila berkata kepada suaminya itu bahwa ia takkan pernah menjadi isteri bagi suaminya, sebagaimana lazimnya. “Segeralah cari perempuan lain!” ia berkata. Dan hanya itulah perkataan yang pernah diucapkannya kepada suaminya itu, selanjutnya mereka tak pernah memiliki hubungan dalam hal apa pun!Laila dan Majnun pernah bertemu dalam satu kesempatan. Ketika itu mereka hanya mampu saling berpandangan, dan Majnun menunjukkan penderitaannya sebagai orang gila sebagai bukti cintanya. Sebagai balasannya Laila berkata “Engkau dapat melampiaskan kerinduanmu dengan puisi, dengan berlaku gila, dengan berteriak sesuka hati. Tetapi aku memendamnya seorang diri, membiarkan api membakar tubuhku dari dalam, bertahun-tahun. Jadi, siapa di antara kita yang paling menderita?”Itu adalah pertemuan terakhir mereka. Ketika mendapat kabar Laila meninggal dunia, Majnun datang menjiarahi makamnya. Di pusara itu sekali lagi Majnun menangis, menyandarkan kepalanya di atas pusara itu, dalam nikmat cinta. Ia membiarkan takdir menjemputnya dalam kerelaan untuk menyempurnakan kebahagiaanya dalam memiliki kekasih. Majnun pun meninggal dunia di pusara itu dengan tenang, tanpa seorang pun tahu!*****Pengarang Kisah Laila Majnun adalah seorang ulama sufi, Syech Maulana Hakim Nizhami, lahir di Kota Ganje, Ajerbaijan pada tahun 1155 M dan meninggal pada tahun 1223 M. Nizhami belajar Ilmu Sufi langsung kepada Nabi Chidir As. Kisah Laila Mjnun sendiri berlatar belakang Kota Baghdad, Iraq, sebelum datangnya serangan Byzantium yang menandai bangkitnya Kerajaan Romawi Konstantinopel. Kisah Laila Majnun yang karya aslinya terdiri dari 4500 sajak, telah menjadi bacaan populer ummat manusia selama berabad-abad, bahkan sampai hari ini. Kisah itu pula dipercaya telah mengilhami Williem Shakespeare ketika meciptakan naskah drama klasik Romeo dan Juliet, juga mengilhami Max Havelaar dalam Saijah dan Adinda. Rama dan Shinta, Tom and Jerry, dan sebagainya. Bahkan gaya bahasa pujangga dunia Khalil Gibran asal Lebanon dengan prosa liriknya yang terkenal, sangat kental mengadopsi gaya bahasa Laila Majnun. Berikut kutipan sajak yang dibacakan oleh Majnun dalam kegilaannya“Oh, lilin jiwaku. Jangan kau siksa diriku ketika aku mengelilingimu. Kau telah memikatku, merampas tidurku, akalku juga tubuhku.”Laila adalah cahaya malam, Majnun adalah sebatang lilin. Laila adalah keindahan, Majnun adalah kerinduan. Laila menabur benih cinta, Majnun menyiraminya dengan air mata. Laila memegang cawan cinta, Majnun berdiri mabuk oleh aromanya.“Aku bagaikan orang yang kehausan. Kau pimpin aku menuju sungai Eufrat, lalu sebelum sempat aku minum, kau menarikku dan kembali ke kawasan panas membara. Padang pasir yang tandus. Kau mengajakku ke meja jamuan, tapi tidak pernah mempersilakanku makan! Mengapa kau menampakkannya kepadaku di awal, jika tidak pernah berniat untuk membiarkan aku memiliki hartaku.?”Banyak pengamat menilai, cinta dan kasih sayang’ dalam kisah Laila Majnun ini adalah cara berekpressi pengarangnya, Syech Maulana Hakim Nizhami, dalam mencintai Tuhannya. Selamat Siang, KompasianaSumber bacaan Laila Lihat Filsafat Selengkapnya
Kumpulan kata kata cinta laila majnun Bikin Nangis, untuk kamu yang ingin kata-kata bijak yang romantis, kami memiliki banyak koleksi puisi dan quote tentang cinta, tetang rindu, tentang kehidupan, untuk mengenang saat saat anda bersama kekasih hati, Inilah Kumpulan kata kata cinta laila majnun Bikin Nangis,Kata kata Romantis Untuk kekasih Kembalikan saja cinta sejati itu ke tempatnya; tak satupun dari kita, layak memilikinya. Dengan rasa yang tidak lagi ada, bukan salah siapa-siapa Itu hukum alam yang bicara Sebabnya cakapmu hanya sekadar rencana, sedang hatiku butuh lebih dari sekadar wacana Akibatnya, engkau tidak lagi dikenali rasaku sebagai "siapa" yang ingin ku berikanan segala apa sebagaimana tatapan matamu yang mencuri degup jantungku siang itu Untaian senyumanmu yang menghabisi seluruh asaku Namun kepergianmu ini serupa embun yang menguap penjarakan tubuhku dengan rindu Aku luluh dari rotasi cinta penuh dendam cemburu. Malam berkelindan sepi Pada selasar rembulan kupetik sunyi, Rindu serasa birahi, mengejar bayangmu, Napas mendesah resah, syahdu jelang mengufuk .. dalam pahit kopi Kurasa ada sedikit manis kenangan Yang bercampur, dalam cangkir tembaga yang kamu hidangkan Kita adalah hal pilu Yang semakin lama menjadi debu Terinjak dihempas waktu tak perlu banyak, Cukup satu nama untuk dapat sangat bahagia atau terluka sedalam-dalamnya. kadang mengasihi itu sebagaimana melangkah di atas api, semakin dekat semakin panas bahkan dapat saja semakin ganas. Tapi tetap saja meskipun begitu aku akan terus selalu mengasihimu, karena aku yakin sesuatu yang berasal dari hati pasti akan sampai ke hati. sanubariku kacau saat engkau ucap ingin mengecup bibirku, Bagaimanakah mungkin, kulumat lembut merah mudanya, Jika jari-jariku saja tidak mampu meraih jari jemari Mutiara Untuk Kekasih Dia pergi tanpa pernah datang. Dia lenyap tanpa pernah ada. Dia hancur tanpa pernah terbentuk. Dan aku kelenyapan, tanpa pernah memiliki. apabila rasa sudah tiada berarti Lisan sudah tak lagi bermakna Maka biarkan air matamu tumpah, tuk luapkan semua sesak yang memenuhi ruang batinmu Cinta mengupam rambutmu menjadi putih susu, rindu menggoyangkan jantungku menjadi degup yang kesusu. Sini, wuk, kuajari bagaimana menanam detik agar kamu tidak kelelahan mencuri waktu dari jam yang engkaubiarkan duduk di meja kerjamu. Saat aku melangkah, apakah engengkau menemani langkahku? atau kamu memilih pergi dan menatap langkahku? semua caramu menghadirkan sejuta aroma tanya. mungkin aku sudah terhipnotis dalam tingkatan mencinta kasih jika air mata adalah luka Sembuhkah aku jika kukeluarkan semua? apaJika air mata adalah derita Akankah bahagia sewaktu kutumpahkan semua? Sudah tidak lagi mampu ku baitkan senduku didalam puisi, karena terlalu banyak luka yang akan terbaca oleh mata yang selalu kata kata cinta laila majnun Bikin Nangis Hatimu serupa ladang baru Tempatku menabur benih rindu Bertunas tiap waktu, Namun terbakar curamnya bisu Pelabuhan menjadi sebuah saksi ketika kenangan mencekam sunyi Dan membawa pulang sekeping hati Yang telah hilang pergi cinta, berilah aku kelembutan, supaya kejatuhanku tak melukai ha Bangunlah sayang, jangan bermimpi terlalu didalam, tengoklah ke kanan; ada aku yang menantimu dengan kesungguhan. Cinta mengalun lembut, diterbangkan semilir angin, berkelana mencari hati yang mau terima. Meski dia sadar, di ujung sana kecewa sedang menanti. Syahdan kisah ilalang Tertegun melepas embun Manadikala pagi berpamit Aku dengar ceritanya Mahdah dari semak belukar Lirih lalu laun meluruh Semakin dalam kau benamkan dirimu dalam lumpur kehidupan Semakin berhak kamu pamerkan keindahan. Jika engkau tidak sanggup berproses Bagaimana kau dapat berharap Akan indahnya hasil? Makna hilang jangan jadi penghalang. Keberlaluan cukup jadikan pembelajaran. Sendiri dengan sepi akan terasa lebih baik, dari pada berdua dengan luka. Walaupun kamu tahu arti rindu yang seakan jadi canduKumpulan kata kata cinta laila majnun Bikin Nangis kadang, bertubi-tubi duri memang harus mendera, berderet derita memang harus menderu. Karena hanya dengan itulah, diri bisa menjadi sadar; tidak lupa diri. Semua angan yang pernah kita terbangkan, Nyatanya kini melebur bersama hujan Meluruh dengan kesedihan langit yang menghitam. masih banyak gelisah yang bertapa di hati, merobek-robek hingga tidak terbentuk, entah wujud mana yang ingin dibentuk, sampai bermuncul tanya, entah dia atau aku. Setiap hari adalah pembelajaran Bahkan dari rumput yang bergoyang pun Ia mengajarkan kita tentang bagaimana bertahan di saat badai melanda Ikuti alurnya, dan kamu akan jadi pemenangnya Sudah berganti baju waktu sejak terakhir pertemuan. Warnanya lebih perak dari terakhir waktu kulihat. Ia melangkah pelan-pelan; terlihat sedang menunggu. Wajahnya bak pualam memandangku iba dari kejauhan. Ah, aku terlambat lagi. kamu hadir saat lembayung mengikatku didalam pelukan jingga Menjemputku, membawaku yang telah terbuai elegi rumpun bambu Memberiku kehidupan baru di waktu senjaku Wahai kekasih; engkamu pernah dipersia Lalu aku datang membawah cintidaku; sebagai penawarnya walaupun lukamu masih terasa. Kusadar bahwa apa yang sudah ada kini telah tiada, baik raga, maupun jiwa. Hanya bisa melihat dari balik jendela, potretmu yang telah tertanam, cukup dalam. tak perlu resah untuk memulai Cobalah untuk tenang agar semua Baik-baik saja. Ketika hati mulai gundah cobalah Untuk bicara bagaimana Sebuah rasa larut dalam kata cintaKumpulan kata kata cinta laila majnun Bikin Nangis Radar bersandar jiwa gusar Bimbang kenang tanpa bayang Obati sedikit luka Sembuh berbekas kecewa Sakit meratapi nestapa. ~ Aku sudah lelah menyampaikan Maksud apa mau hati. Aku sudah lelah menjadi Pengemis hatimu. Biarkan saja waktu. Menjalankan tugasnya; Menyadarkanmu. Kopiku nan manis Gula-gula menyelimuti lembut Mendamaikan kenangan pahit Yang beraroma senyuman ~ Saya menemukanmu dalam larik orang lain, tidak dapat ditiru dan dibawa lenyap. Sebenarnya aku ingin setia, namun apa daya hati suka bercanda, hingga melahirkan rasa yang mendua. Lama Dan semu Kutatap manis senyum senja Mencoba Ku genggam Dan kupeluk Tapi sayang.. Bulan sudah bersarang dengan sinarnya Ditemani segelas harapan yang mendingin Secercah lembayung kuning mengintip ruang tamu lewat sela-sela atap bangunan Tampaknya malam kelam menjelma rupa sebagai pagi Aku masih saja asyik menunggu kisahmu,yang aku pun tak tahu kamu ceritakan pada siapa sekarang Pendengar setiamu,mungkin Dan kenyataannya, segala tentang pagi sangat rentan kamu patahkan, pulanglah... kedua lenganmu masih yang ternyaman. Pagi yang mungil mengelus cemasmu, mengusap nadimu yang berdenyut-denyut, mengingatkanmu untuk sarapan karena di luar sana tidak ada yang menyayangi nyeri lambungmu dan memetiknya sebagaimana aku; tidak ada yang merindui tukak lambungmu, dan menciumnya, sebagaimana aku. tak terhitung berapa masa tandas percuma. satu detik tiada terbeli dengan harta. duhai waktu, sungguh mahal nian engkamu; begitu berharga setelah berlalu. Di suatu pulang ibu yang tahu saya suka tahu tahu-tahu memasak tahu, tahu yang dimasak ibu tahu ia akan disulap jadi tiada, tahu-tahu tahu-tahu yang dimasak ibu melarikan diri tanpa tahu bahwa tahu-tahu itu hanya di suatu ketika di kepala saya yang lapar. seterang matahari mengusap pagi, setenang embun membasuh daun, cinta begitu lembut menjatuhi dadaku lewat teduh matamu. aih, di dunia yang serba musykil ini, begitu mudah aku menyayangimu. Hidup bagai ballerina Meniti, berjuang mencipta keindahan Atasi sakit, ikuti musik Yang senandungnya mengalir dalam diri Luapkan Cinta yang mewujud bentuk Berputar, lompat, meregang Menjangkamu, hadirkan gambaran Persembahan hati yang teguh didalam insan yang rapuh. Embun rindu dini hari, menetes di atas gersang hati. Sejuk sesaat yang segera menguap, seiring garang realita menatap. Angan tak selalu jadi Mutiara untuk kekasih kafan dan amalan. aku terdiam; mata waktu menatap tajam, mengandung pesan dan mengingatkan. sementara, keningku sudah dingin ditodong pertanyaan-pertanyaan purba. Bertemu di waktu yang tepat, takdir memberikan kesempatan pada mereka untuk saling memperbaiki dengan bersama berjuang didalam mimpi Bahagia yang sederhana? Yakni aku yang ikut tertawa Melihat tingkah mu bercanda Aku yang tersenyum Melihat wajahmu tidak murung Aku yang terpaku Melihat kau senandung Dengan benda di telingamu Di langit hidupku yang mendung. Seandainya kamu tidak akan pernah kembali, Maka setidaknya harapan sekali saja aku dapat menatapmu tanpa rasa Mereka adalah pelaku, sedang saya hanya seorang peluka. terkadang mencintai rasa tidakut jauh lebih baik takut sewaktu nanti maut menjemput tanpa kecupan, tanpa pelukan Mengetuk pintu takutmu lewat tangan matahari Atau tersembur tanpa permisi dari hitamnya malam Sebab janji telah terlupa dari ingatan kita Saat jutaan bintang diatur tanpa berbentur, dan bulan yang datang atau pun hilang Sanggupkah engkau atur barang semalam? sewaktu memang engkau merasa pemilik daya dan kuasa yang engkau agungkan Atau ubahlah tempat datang dan pulang matahari engkau, aku lemah Pagi ini rasanya memang berbeda dengan pagi kemarin. Tentang kehilangan yang semakin terasa pekat, tentang dilema yang tidak berkesudahan, tentang keberlaluan yang tidak mengenal waktu kapan ia akan kembali. Kepada sajak hujan Aku titipkan gerimis di awal pekan Tanpa janji manis semurni madu hutan Namun yakinlah tetap ada kebaikan di masa depan Masihkah kau menghitung-hitung apa saja yang telah aku berikan, sedang cintidaku masih saja sebanyak ikan-ikan di lautan. Kembali dari kebisingan, mengayuh sepi berkelindan dalam sunyi Oh dunia! Aku terkapar di sini, di mana jalanku menuju ilahi? Dia datang kepada ku Meminjam sedikit kekuatan Dia datang kepada ku Meminta untuk dicintai Aku berikan dia kekuatan Aku berikan dia cinta Tapi akhirnya Berkecai juga Balikan rasaku, Balikan rasaku.. Aku tak mau sebagaimana ikan asin lagi yang dijemur hingga kering, Sungguh kerlingan lembar matidaku menjadi basah kali ini, Sudah seribu bulan belum mengering. kita hanyalah kemungkinan, kemungkinan yang tidak mungkin menjadi mungkin kamu tinggal dan meninggalkan dua kata itu begitu menyakitkan berlalu menjelma kalimat terakhir sebelum air mata lahir. Aku adalah puisi yang tidak kunjung usai kamu tulis. Aku adalah cinta yang tidak pernah engkau Cinta Untuk Pasangan lenyap adalah caraku menuju petang Saat aku percaya bahwa ia adalah satu-satunya arah pulang yang menenangkan Kamu nyata, didalam angan saya. Tapi fana, dalam segala nyata. Didalam cinta, ia tidak tidakut akan kelenyapan. Yang dikhawatirkan ia tidak punya rasa cinta sama sekali sampai ia pulang tanpa kembali lagi. mencintai Sewajarnya Saja, Sebab yang Sehati Belum Tentu Saling Memiliki. Kubaca lagi pesan-pesan lamamu. Kulihat lagi foto-fotomu. Kugenggam lagi bayang tanganmu. Kupeluk lagi kalbu rindu usang ku padamu. Kuratapi lagi luka darimu. Dan lagi-lagi aku tenggelam lagi didalam elegi. Mengapa aku sedungu ini karena cinta? kita menanti detik pertama embun mengecup daun. sebab cinta adalah kesegaran pagi yang menjaga harapan kita. Air mengalir, gemericik terasa dingin. Tanah tergerus, gemuruh terasa lembab. Angin tertiup, hembusan terasa sejuk. Api membakar, membara terasa hangat. Bagaimana dapat aku jatuh hati padamu dan sama sekali tidak terasa olehmu? Aku tidak sedang pura-pura bahagia dengan mengatakan "Aku baik-baik saja", Sebab tanpamu, sunyi membuatku mati, dan bising membuatku asing. Semoga kita dipertemukan nanti ya, tidak sekarang, entah engkau dengan pasanganmu itu, atau aku bersama dengan kesendirianku hehe Mungkin doa-doaku selalu sampai... Namun tuhan tau apa yang terbaik untukku, yaitu dengan tidak bersamamuKata-kata Sayang untuk pasangan Ada yang lenyap saat kusesap kopi Ialah; pahitnya kenangan yang dulu datang membawa manisnya harapan Bahkan tidur belum memberi ruang Untuk bisa memandang yang tercinta Namun mata yang terpejam Menarik kuat kepada dirimu Bahkan di tengah keramaian Di atas kendaraan, di kerumunan orang. Aku memang berencana untuk mengenal dan lebih dekat denganmu. Namun, sungguh aku tak berencana untuk sakit dan sendiri setelahnya. Kita adalah dua yang satu, beda yang sama, banyak yang tunggal. Yang kita perlukan hanya saling menyesuaikan. Purnamaku telah menunggu Kasih yang tak kunjung sampai Ribuan jalan telah dilalui Namun, tak kunjung menemukan tujuan Doa-doa telah dilantunkan, pada langit yang berselimut awan Hanya berharap jawaban lewat turunnya hujan Cinta itu samudera terdidalam, dan engkau pulau terjauh. Mencapaimu kurela menyelam sekalipun nyawaku tersisa separuh. jangan meminta. jangan berharap. doa itu aku akhiri, karena cukup kau tau, aku masih bahagia dengan cara itu aku menyayangi kamu Kata-kata Manis untuk Kekasih Bicara tentang cinta Kisah-kisah menjelma Tangis dan tawa beriring Hingga makan sepiring Rindu-rindu menggebu Malu-malu memadu Hingga ragu kala temu Kisah klasik yang syahdu Tiada lagi kita, rindu tinggal cerita. Daun telah gugur dari dahan, semoga perpisahan yang menjadi kebaikan. Perpisahan mungkin bersayap Ia mengepak Bersama ingatan Menuju langit Yang telah berubah Menjadi air mata Hai, Puan... Tetaplah menjadi matahari di antara mendung. Hai, Tuan... Tetaplah menjadi kekuatan di antara kebimbangan... Menunggu; Katanya amat jemu Banyak membuang waktu Pikiran jadi tidak karu Makan pun tidak nafsu Tapi bagiku Arti menunggu Tidaklah sejemu itu Karena dengan begitu Kita 'kan lebih dewasa oleh rindu. Cukup sekian cerita panjang tentang lelahnya berjuang Kini saatnya rebah, lalu nikmati tidur panjang Bertabur bintang di langit matamu. Oh, berjuta warna indahnya. Dan aku mohon untuk kali ini, kekasih, janganlah dulu kau berkedip, agar terpuaskan rasaku. Suatu hari nanti rintik hujan Akan tiba di kotamu Dan mengisahkan betapa nyerinya Sebuah kehilangan didalam sebuah musium kata.. hilang-lenyap-lenyap... Kamu menglenyap dan aku kelenyapan. Rumah mana yang akan aku tuju, ketika kamu tidak lagi ada di tempat yang sama sejak hari ini. Perihalmu Sepanjang malam namamu kutangisi Sebab rindu yang mendzalimi Kubisikan perihalnya pada lembaran-lembaran shyam malam Kukirimkan serupa embun pagi dipelataran teras kamarmu Mungkin telah berkertap menguap sebelum kamu temu Setiap hari sepanjang malamku. andai kecemasan ada dalam bentuk kemasan, aku ingin membelikanmu sembilan, untuk oleh-oleh ketika kamu mudik ke didalam kenangan. Mungkin engengkau tuli tidak engkau dengarkah betapa lantangnya aku mengeja tentang mengasihimuKata-kata Puitis untuk pasangan manis Tenanglah, ada aku di depan pintu. Sewaktu-waktu apapabila butuh, buka saja. Cinta!! Kata yang akhirnya berakhir di persemayaman abadi dalam kisah perjalanan kita Masihlah menerka rindu mana yang ingin di tuju Peluk mana yang lebih hangat Serta senyum mana yang teramat membekas Kemudian hati akan menuntun kemana diri harus berlabuh Sepi Ini bukanlah tepi Tiada rasa pedih Berujung Bukan berkabung Aku tak bersedih Mentari Surut di sore hari Tutup tabir langit pergi 'Tuk kembali lagi Asa baru bangkitAksaraku gugur di ujung jemari, setelah titik di ujung puisi. Kini tawamu hanya sisa kerenyahan yang kurekam, dalam setiap kecemasan yang disebut malam. kau rapalkan mantra-mantra engkau buatku bahagia dengan sengaja engkau menautkan rindu begitu erat pada temu engkau yang menggairahkan didalam singkatnya waktu~ Engengkau rindu yang kuarungi; sejauh-jauh usia tidak kutemukan batas dan ujungnya. Sudahi saja semua kegamangan dalam hatimu Buat apa menumbuhkan rasa yang cuma mengalir saja tak tau kapan berhenti tidak ingin mencari di mana muaranya Sementara waktu kian berlari Tanpa ampun menggerus usia Akhiri atau engkau akan menangis sia-sia Engkau cinta yang kuselami; sedidalam-dalam napas tak jua kudapati dasarnya. Tatapanmu, adalah embun yang tidak pernah luruh, segarkan jiwaku, yang telah sekian lama kerontang rapuh. Rasa rindu bercampur ragu Hendak menyapa, namun ambigu Selalu rasa ini timbul memburu Risau hati dililit cemburu Seberapa jauh aku lenyap Seberapa lama aku berkelana kamu tetap tempat paling teduh dijagat raya Akan kuludahi segala kesombonganmu, Bung! kamu begitu merendahkanku. Suatu saat nanti kamu lihatlah, aku pastikan aku yang akan lebih dulu memeluk wanita itu. Saat waktu telah tertutup, Ada hati yang hilang tertiup; Angin dingin dari hujan, Menerbangkan semua kenangan. Kuselipkan namamu di antara sajak dan senja Tapi kau tawarkan malam untuk menghapus jingganya Sama sekali tidak mengerti cara kerja mimpi. Tapi kadang ia menghadirkan orang yang paling kita rindukan tepat waktu Besok aku menduga, Ada mampir yang siap aku sudahi Kemarin aku sempat renung Aku sudah menunggu tepat hari itu sewaktu saja aku yang menjadi dirimu. Sesekali aku lupa akan rindu, ketika tubuhku terkujur dalam mimpi. Memimpikan tentang kisah yang telah kita ukir bersama dan menantikan kita berumah bersama. dengarkah engengkau? suara petir yang bergemuruh getir. rintikan hujan yang seakan menangis perih. dedaunan yang bergoyang ke sana dan kemari seakan ingin berlalu. dan aku, yang berdiam diri didalam diam. petir, hujan, dan dedaunan. mewakili diriku mengekspresikan diri. Kamu terlalu berkilau untuk aku yang redup. Di mendung yang bergelantungan, ada setitik jingga yang mampu kita temukan di rona senja Ya .... Tempat di mana berjuta asa pernah kita pancang Walau telah redup di ujung laut Tapi masih indah menggenang, di samudera kenangan. Di tumbuhkan kembali dalam dada, sebuah kenang dari serpihan warna yang terserak, ialah motif tarantula pada bajumu. Di kedalaman matamu kutemukan keteduhan Sebuah kehangatan yang tidak pernah terjamah Sebuah ketulusan mendidalam dari cinta sejati Dan menyayangimu biar menjadi rahasia paling khusyuk dalam setiap sujudku Kenapa kau pergi, ketika semua baik-baik saja? Apa perlu aku ubah setiap bahagia menjadi luka, agar kau tak lenyap menemui sang kuasa? Dibalik kaca ini aku melihatmu, jatuh satu persatu dan bergantung pada apapun yang engkau mau. Menceritakan tentang langit yang selalu diam saat engkau tinggalkan, dan ketika keringmu menjadi kenangan, aku hanya mengingatmu sebagai tetesan hujan. Tidakkah sama, kamu dan aku? Tidakkah pernah lelah menunggu? Menunggu kabar darimu, yang kian kabur dari dinding kamarku, yang kian pekat didalam didalam ingatanku. Yang selalu enggan untuk jujur berkata saatu itu, rindu, Kekasihku. Ketika langit mendung menghalangi keindahan senja, Apa mungkin sama sebagaimana kamu yang menghalangi rasa rindu ini? —;aku si penikmat senja tak henti mengejarmu Berdarah-darah mengasihi Paling muka sering diterima tidak pantang hingga cinta bernyawa Menangis tanpa kau tahu Mencinta tanpa lelah Begitulah cintanya Masih membara meski susah; kisahnya Debaran hati yang tidak menentu Ketika hembusan rindu sengaja bertamu Hadirmu, melemahkan nafsuku Senyumu, menghangatkan jiwakuKumpulan kata kata cinta laila majnun Bikin Nangisoleh jagolamarantag kata bijak
kata kata laila majnun